Selasa, 19 Oktober 2010

Ajari aku mutiara cinta dan kecintaan, bunda...

Bunda…
malam ini aku kangen. Kangen segala nasehatmu, petuahmu dan cinta kasihmu . Yang tak jemu memanjakan aku dengan derai pancaran kasih darimu. Membelai setiap hati ini gundah. Membasuh setiap angan ini gelisah.

Bunda…
Aku ingin dengar suara bunda. Dan lebih lama menikmati untaian mutiara yang bunda tuangkan. Kerinduanku pada bunda laksana kurindukan bundaku yang telah melahirkanku. Saat ini, detik ini… aku punya kalian. Punya mutiara indah yang tak pernah jemu menyemai kerinduan dalam do'a.

Ingatkan aku selalu kepada sepenggal pengabdian terhadap sang khalik. Pada hakekat hidup yang hanya sementara ini. Ingatkanku akan arti semangat dalam sebuah perjuangan dengan mencintai kewajiban. Ajarkan aku tentang cinta dan segala kecintaan.  Kecintaan terhadap Dia yang maha segalanya. Kecintaan kepada segala dzat ciptaanya.

“Ingat, Nak! Seimbangkan hidupmu. Seimbangkan langkahmu  hab’lu minallah dan hab’lu minannas…
Keagungan Allah…
“Betapapun perkasa badanku, betapapun cemerlangnya kemampuanku, betapapun panjangnya perjalanan hidup yang telah kulalui. Aku menyadari bahwa sebenarnya diriku kecil. Penuh keterbatasan yang tidak semua mampu kutembus.  Apalah arti kesusahan yang pernah kuderita, dibanding dengan kebahagiaan yang sebenarnya pernah kualami”

“Aku semakin sadar. Bahwa tanpa mengenal susah, aku tidak akan bisa merasakan betapa senangnya memperoleh kebahagiaan. Semua ini karena Allah swt. Hanya dengan menyadari kecilnya diriku, aku bisa menjadi lebih besar. Hanya dengan menyadari kebodohan, aku menjadi lebih pandai. Hanya dengan mensyukuri nikmat-Nya aku merasa dapat lebih nikmat.

“Salam sayang dan cintaku untukmu. Telphon bunda, Nak. Kenapa harus takut?  tak cukup sms untuk bunda obati kangen ini padamu.  Kewajiban seorang ibu untuk mengaisihi putrinya, mensupport niat baiknya. Jangan bertanya kenapa bunda terlalu mencintaimu. Bukankah kau anak ibu? Dan akan terus menjadikan ibu ini bundamu?”

Jumat, 24 September 2010

ARTI KASIH SAYANG SEORANG IBU

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.
Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

ARTI KASIH SAYANG SEORANG AYAH

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau bahkan di luar negeri. Bagi yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orangtuanya umumnya akan sering merasa kangen dengan Bundanya. Lalu bagaimana dengan Ayah?

Mungkin karena Bunda lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari. Tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah-lah yang mengingatkan Bunda untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Bunda-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja, dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Bunda tentang kabarmu, dan apa yang telah kau lakukan seharian tadi?

Pada saat dirimu masih menjadi seorang anak perempuan kecil. Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu itu. Kemudian Mama bilang: "Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya." Tampaknya, Bunda takut putri manisnya itu terjatuh lalu terluka.

Tapi sadarkah kamu? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama, karena dia yakin bahwa putri kecilnya itu, pasti bisa!

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, si Bunda menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas: "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang".

Tahukah kamu? Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu nanti menjadi anak yang manja, dengan semua tuntutan yang selalu dapat terpenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata: "Sudah dibilang! kamu jangan minum air dingin!" Berbeda dengan Ayah yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah mulai beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu? Bahwa sebenarnya Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharganya, layaknya perhiasan yang tak ternilai, baginya maupun bagi keluarga.

Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah sang Bunda.

Tahukah kamu? Bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu dan membahagiakanmu. Tapi lagi-lagi dia harus menjagamu, demi kebaikanmu?

Ketika saat seorang anak lelaki mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, si Ayah akan memasang wajah palingcool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Ayah sebenarnya merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah rela melonggarkan sedikit peraturannya untuk boleh keluar rumah, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut, ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah pun memarahimu.

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti oleh Ayah itu akan segera datang? Bahwa putri kecilnya itu kelak akan segera pergi meninggalkan Ayah"

Setelah kamu lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter, Insinyur atau Sarjana. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu kelak.

Tapi toh si Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah. Ketika kamu menjadi gadis dewasa dan kamu harus pergi kuliah di kota lain, si Ayah harus melepasmu di bandara atau stasiun di kotamu. Tahukah kamu? Bahwa badan Ayah terasa sangat kaku untuk memelukmu?

Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini dan itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Bunda dan memelukmu erat-erat. Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata yang menetes di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata dengan tegar: "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu kuat. Kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Di saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti akan berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan, kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah: "Tidak, tidak bisa!". Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu".

Tahukah kamu, bahwa pada saat itu Ayah merasa bahwa seakan dirinya telah gagal membuat anaknya tersenyum?

Pada saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana, Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang".

Sampai saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu, bahwa lelaki itulah yang kelak akan menggantikan posisinya.

Dan akhirnya....
Saat si Ayah melihat kamu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, maka si Ayah pun tersenyum dengan bahagia.

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu, Ayah pergi ke balik panggung sebentar, dan ia menangis?

Ia menangis karena Ayah merasa sangat terharu dan berbahagia, kemudian meluncurlah doa dalam mulut Ayah.

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata: "Ya Allahu Ya Robb, tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu nan kucintai telah menjadi wanita yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya, jadikan ia istri yang sholehah. Jadikan rumah tangga mereka, rumah tangga yang Engkau berkahi, rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah."

Setelah itu, Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya kelak, yang sesekali datang untuk menjenguknya.

Dengan rambut yang telah dan kian memutih. Dengan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya, maka sadarlah, bahwa Ayah telah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan sangat baik.

Ayah, Bapak, Papa, Abah atau Abi kita, adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dia adalah yang orang pertama yang selalu merasa sangat yakin, bahwa "Kamu Pasti Bisa! Dalam segala hal.